Paradoks Hidup

Sebuah Motivasi Diri

Paradoks Kehidupan yang Belum Terpecahkan (Khusus buat IQ di Atas ...

sumber gambar: https://www.google.com/search?q=gambar+kehidupan+paradox&safe=strict&sxsrf=ALeKk02a3qv0617nYkcGCj7S98lwfpzqVQ:1596290624197&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi64_P8lfrqAhVY73MBHVEiAAMQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=657#imgrc=KiC4iv4zSx8mhM

Ini mungkin yang dikatakan terjebak di suatu masa, melewati proses yang tak mampu kita protes. Dipaksa untuk menjalani sebuah masa yang mau tidak mau, suka tidak suka kita harus akrab menerima. Dikuatkan dengan rasa bersyukur dan kesabaran. Rintihan keluh kesah dan air mata sudah menjadi pelengkap tiap detak detik waktunya.

Banyak ucapan baik yang kita harapkan, banyak doa baik yang kita lantunkan, banyak tujuan masa depan yang kita inginkan. Baik buruknya hanyalah sebuah jalur. Bertahan atau tidaknya dalam mewujudkan tergantung pada usaha dan kesabaran.

Setiap tetes keringat menjadi bukti perjuangan. Setiap beratnya pikiran menjadi bukti sebuah ikhtiar. Setiap uang yang kita inveskan menjadi saksi yang tak terelakan.

Konon katanya sudah berusaha keras tapi takdir tak sejernih dugaan, melelahkan memang. Berangkat pagi dengan berpakaian rapi sampe tak melihat matahari di siang hari. Mencari secercah mimpi yang ingin digapai sembari meyakinkan diri. Sudah malam masih begadang, melihat bintang katanya dengan terus berangan-angan agar tangan ini bisa menggapainya. Lalu tidur entah dalam keadaan bahagia ataukah kecewa. Itulah manusia, makhluk yang asalnya dari tanah selalu bermimpi setinggi langit di setiap hembusan nafasnya.

Iya, memang usahamu tiada hentinya dari terbitnya fajar menuju terangnya rembulan. Kau tinggikan mimpi, cita dan anganmu, tapi keseriusanmu tak lebih dari semuanya itu. Hingga pada akhirnya hanya lelah yang mengudara.

Tingginya usaha kerasmu tundukkan juga dengan doa di sepertiga malammu. Doa merupakan dialog terindah kepada sang penentu takdir kehidupan. Restu orangtua menjadi bahan bakar untuk memperlancar semua.

Selaraskan niat baikmu dengan cara terbaikmu. Ketika takdir sudah terikat dengan doa-doamu, maka kebahagiaan akan menyertaimu. Tetaplah tunduk akan keberhasilanmu, jangan kau kalahkan dirimu dengan kesombonganmu. Sudah waktunya menebus dosa masa lalumu dengan sisa waktumu.


Comments

Popular posts from this blog

“Mengukir Aksara” Suatu Proses Menjadi Pribadi Bermanfaat

Asal Usul Kejadian Perempuan, dalam Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Syaikh Abdul Ra’uf Singkel

Untuk Kalian Para FRESH GRADUATE