Asal Usul Kejadian Perempuan, dalam Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Syaikh Abdul Ra’uf Singkel
sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fwww.perempuansufi.com%2F2020%2F04%2Fdalam-penciptaan-hawa-tuhan-tak.html&psig=AOvVaw2TMVpxDwg9wjbwTfGodEuO&ust=1597846980954000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCNCfy4r6pOsCFQAAAAAdAAAAABAD
Kontroversi
asal usul kejadian perempuan di kalangan ulama klasik dan kontemporer merupakan
suatu isu yang hangat diperbincangkan kaum feminism muslim. Terbentuknya mainstream
penafsiran para mufassir bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk telah
menimbulkan bias gender. Tafsir-tafsir yang bias gender biasanya ditandai
dengan dominasi peran laki-laki. Dirujuknya kitab Tarjuman Al-Mustafid karya Abdul
Rauf Singkel karena diasumsikan bahwasannya kitab ini sebagai tafsir pertama di
nusantara yang ditulis pada abad 17[i] dalam bahasa Melayu. Dalam
kitabnya Abdul Rauf Singkel memberikan penafsiran mengenai asal muasal kejadian
perempuan, diantaranya ayat al-quran yang paling popular membicarakan hal
tersebut adalah QS. An-Nisa/4:1
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ ۦ
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah
kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dari ayat tersebut tidak menyebut dengan
jelas penciptaan Adam dan Hawa. Tetapi banyak mufassir mengartikan kalimat Nafsi
Wahidatin adalah adam dan zaujaha adalah hawa. Secara lebih lengkap,
berikut Abdul Rauf Singkel menafsirkannya dalam bahasa melayu,
“Hai ahli Makkah kutakuti oleh kamu siksa Tuhan
kamu yang menjadikan daripadanya isterinya jua dan yang mencerai-ceraikan
daripada keduanya segala laki-laki dan segala perempuan yang amat banyak.”[ii]
Dan dua ayat lain yang dirujuk Ketika membicarakan
asal kejadian perempuan, adalah QS.Al-A’raf/7:189 dan QS.al-Zumar/39:6.
هُوَ ٱلَّذِى
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا
Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari
diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa
senang kepadanya, (QS.Al-A’raf/7:189)
Dalam ayat ini penafsiran Abdul Rauf Singkel
adalah Alloh Ta’ala jua yang telah menjadikan kamu daripada diri seorang yaitu
adam dijadikannya daripadanya isterinya supaya tetap ia kepadanya.
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ ٱلْأَنْعَٰمِ ثَمَٰنِيَةَ أَزْوَٰجٍ ۚ
Artinya : Dia menciptakan kamu dari seorang
diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. (QS.al-Zumar/39:6)
Penafsiran Abdul rauf singkel, “telah
dijadikan kamu daripada suatu tubuh yang bernyawa yaitu adam maka dijadikannya
oleh Alloh daripada ia bininya yaitu hawa”. Secara umum penafsiran Abdul Rauf
Singkel tidak jauh berbeda dengan arus pemikiran tradisional. Meskipun berbeda,
penafsiran Abdul Rauf Singkel dalam menjelaskan ketiga ayat tersebut tidak
mengungkap secara jelas ataupun tidak menyinggung tentang penciptaan Hawa dari
tulang rusuk Adam. Inilah yang membedakan tafsir Abd Rauf Singkel dengan tafsir
al-jalalain rujukan utama tarjuman al-mustafid, yang secara jelas menyebutkan
bahwa hawa diciptakan dari tulang rusuk adam.[iii]
Bahkan beberapa karya tafsir tradisional
justru merujuk cerita-cerita isra’iliyat yang memang secara luas dan rinci
menguraikan asal kejadian Hawa dari tulang rusuk belakang Adam. Dikisahkan bahwa
suatu Adam tidur, Alloh swt. menjadikan tulang rusuk belakang Adam seorang
perempuan yang menjadi pasangannya, Hawa. setelah Adam terbangun dari tidurnya,
ternyata Hawa sudah berada di sampingnya, maka keduanya pun saling saling
menyukai. Sementara Al-Quran sendiri tidak secara terperinci menjelaskan asal
usul kejadian perempuan.
Dalam kitabnya Tarjuman Al-mustafid bisa jadi
abd Rauf singkel secara sengaja tidak menyebutkan elemen kisah penciptaan Hawa
dari tulang rusuk belakang Adam. Hal ini setidaknya menghindarkan dari stereotip
yang lebih negatif lagi terhadap perempuan. Sebab kata “tulang rusuk” secara
teoritis bisa berarti bukan manusia. Sebagai implikasinya hal demikian dapat
memperkokoh kesan androsentrisme (anggapan bahwa perempuan hanyalah hal
komplementer) dan dengan begitu akan memberikan posisi inferiority complex
kepada kaum perempuan.[iv]
Jika alasan penciptaan laki-laki dan
perempuan dijadikan sumber ketidaksetaraan, hal ini tidaklah tepat dan absurd.
Al-quran tidak menenkankan kesetaraan antara keduanya baik dalam hal fisik dan
psikis meski kodrat dan fungsinya memang berbeda.
[i]
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama’ Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII
dan XVIII: Akar Pembaharuan Islam Indonesia, Jakarta: Kencana, hlm.245
[ii] Abd.Rauf
ibn ‘Ali al Fansuri al-Jawi, Tarjuman al-Mustafid, (t.t.:Dar al-fikr,1410
H/1990 M), hlm.78
[iii] Saifudin
dan Wardani, Tafsir Nusantara, Yogyakarta: Printing Cemerlang, hlm.103
[iv] Nasarudin
Umar, Kodrat perempuan dalam Saifudin dan Wardani, Tafsir Nusantara,
Yogyakarta: Printing Cemerlang, hlm. 107
Comments
Post a Comment